Sunday, 23 October 2011

SAYA BUKAN KOPI,MIE,TELUR, NAMUN AKU ADALAH KEGAGALN ITU SENDIRI


Bangga rasanya bisa kembali melahirkan tulisan baru, silakan di simak,
Seorang anak mengeluh ke pada ayahnya, tentang kehidupanya, dan ia menanyakan mengapa hidup ini terasa begitu berat untuknya. Anak ini tidak tahu bagaimana menghadapinya dan hampir menyerah. Ia sudah merasa lelah dalam berjuang. Setiap kali ia berhasil dalam menyelasaikan masalahnya, pasti akan timbul lagi masalah baru. Ayahnya bekerja di warung makan, ayahnya kemudian mengajaknya ke dapur,  ia mengambil panci dan menuangkan air ke panci tersebut, kemudian ia menyalakan kompor, ia merebus air tersebut. Setelah air di panci sudah mendidih, lalu ia menuangkan ke gelas yang sudah di isi dengan bubuk kopi dan juga gula, sisah air itu kebetulan di dapur ada Mie dan telur, ia skalian menyisakan air itu untuk merebus mie bersama dengan telur.

            Anak ini membiarkan ayahnya terus bekerja di dapur tanpa ia mengeluarkan sepatah kata pun, ia sambil bersandar di kursi hingga ayahnya selesai. Sekitar 20 menit ayahnya, mematikan kompor, kemudian ia mengambil mangkok kemudian ia menuangkan indo mie yg telah direbus itu, dan juga sebutir telur setelah selesai merebus mie dan jg telur, juga ia menuangkan air panas itu ke gelas yg telah diisi dengan bubuk kopi. Lalu ia mengantarnya di depan anaknya, kemudian ia berkata “Apa yang kamu lihat Nak..?” sang anak menjawab Mie, Telur, dan Kopi. Kemudian ayahnya mengajaknya untuk mencicipi indo mie telur yang telah di sajikanya   di meja, kemudian ia kembali berkata, mienya terasa lembut dan aromanya sangat terasa di tambah telur yang empuk menjadikan mie ini semakin enak, terakhir ayahnya menyuruh untuk mencicipi kopi yang juga telah di buatnya, setlah anak ini mencicipi kopi dengan aroma yang sangat khas, dan nikmat. Setelah itu, si anak bertanya lagi. “apa arti semua ini, Ayah?”

            Ayahnya kemudian menerangkan bahwa ketiganya telah menghadapi kesulitan yang sama, yaitu perebusan. Tetapi masing-masing menunjukan reaksi yang berbeda. Kopi sebelum di rebus tak memiliki rasa yang nikmat, dan aroma yang khas dan juga bubuk yang unik, tetapi setlah direbus, kopi kemudian menyatu dengan air, yang akhirnya mengeluarkan aroma yang nikmat. Mie sebelum di rebus, keras, dan mudah dipatahkan begitu pun dengan telur sebelum di rebus ia mudah pecah, tetapi setelah di rebus, isi telur ini menjadi beku, dari ketiganya “kamu termasuk yang mana”? Tanya ayahnya . ketika kesulitan mendatangi mu, bagaimana kamu menghadapinya, apakah kamu Mie, Kopi, atau  Telur.?

            Bagaimana dengan anda? Apakah anda adalah Mie yang kelihatanya keras, tetapi dengan adanya penderitaan dan kesulitan, anda menyerah menjadi lunak dan kehilangan kekuatan. Atau apakah anda adalah telur, yang awalnya memiliki hati lembut? Dengan jiwa yang dinamis, namun setelah adanya kesulitan, patah hati, perceraian ataukah pemecatan kamu menjadi keras dan kaku. Dari luar  kelihatan sama, tetapi apakah anda menjadi pahit dank eras dengan jiwa dan hati yang kaku.

            Ataukah anda adalah bubuk kopi ? bubuk kopi mengubah air panas, sesuaut yang menimbulkan kesakitan, untuk mencapai rasanya yang maksimal pada suhu 100 derajat Celsius. Ketika air mencapai suhu terpanas, kopi terasa semakin nikmat dan membuat keadaan di sekitar anda juga membaik.

            Sikap kita menghadapi musiba, kegagalan, kekecewaan dan sejenisnya sangat tergantung sejauh mana pemahaman kita terhadap hakekat yang menciptakan (peristiwa). Keyakinan terhadap Tuhan bahwa segala peristiwa yang dikehendaki-Nya akan memberikan hikmah besar terhadap manusia merupakan langkah awal yang baik. Kita harus yakin bahwa semua peristiwa dan semua mahkluk di alam yang maha luas ini sudah di atur oleh Sang Maha Kuasa. Dngan demikian kita akan merasa sangat lemah di hadapan-Nya, mengharap segala pertolongan-Nya, dan bergantung kepada segala keputusan-Nya.

            Musibah ataupun kegagalan tidak selalu identik dengan kesialan, kedudukan, kesia-sian, dan peristiwa negative. Tetapi , justru bisa jadi berarti peristiwa yang membawa pengaruh positif dan pemompa semangat hisup bagi manusia untuk bercermin diri, dan menata kehidupan ke arah yang lebih baik. Sebagai manusia, kita harus memaknai musibah denga perspektif yang baik dan benar. Kisah di atas mengajarkan kita bahwa sebuah musibah kegagalan, yang di ibaratkan air panas, mengandung hikmah positif bagi manusia sebagai sarana mengukur kekuatan kita dalam menghadapinya.  Di sinilah kualitas diri akan terlihat apakah dia memiliki mental serta hati yang kuat dalam kehidupan keseharianya atau tidak. Ada kalimat yang mengatakan bahwa “Manusia sama saja tatkala sama-sama dilimpahi hikmah, namun ketika cobaan datang menimpah, saat itulah akan terlihat perbedaan-perbedaanya. Jika kita semakin yakin dan tegar menghadapi musibah itu, maka semakin berkualitaslah tingkat diri kita. Demikian pula sebaliknya, jika kita menjadi rapuh dalam menghadapi musibah maka mengindikasikan kualitas diri kita yang begitu rendah.

Kita seharusnya mengandaikan  bahwa hidup ini layaknya uang yang memiliki dua sisi.  Kita tidak luput dari hakekat hidup yang selau di pertemukan dengan sisi kehidupan yang sulit, dan yang mudah, semuanya akan selalu hadir dalam mebayangi proses misi hidup ini. Jadi sesungguhnya sifat hidup ini yang saya maksudkan di atas itu sebenarnya satu paket. Einstein mengatakan bahwa terpuruk dalam masalah merupakan peluang hebat untuk kita. Pesan yang ingin disampaikan adalah bukan berarti saat kita mengalami masa-masa terpuruk, kita kemudian mengambil keputusan bahwa saya tidak mampu, putus asa, kecewa dengan gagasan-gagasan sendiri, namun ini mengingatkan kita bahwa hargailah seluruh perjuangan anda, karena semunya melibatkan hati, pikiran anda, kita tidak menuntut sebuah keberhasilan, namun kita hanya menuntut berhasil dalam mencoba.

            Namun hanya saja tak semua orang menyadari akan hal itu. Sebagaimana orang akan berhenti manakalah mengalami sebuah kegagalan. Pada hal, kegagalan itu bukanlah sebuah kesalahan. Jika kita bisa menyimak dan mengambil pelajaran dari kegagalan , maka bukanya tidak mungkin kita akan  mencapai kesuksesan. Yang perlu kita lakukan pada saat kita mengalami kegagalan adalah intropeksi diri. Teliti diri sendiri terlebih dahulu, kenapa bisa gagal .mungkin kita kurang kerja keras atau mungkin inisiatif, dan seterusnya. Tampa kesedihan juga kita tidak akan mengerti arti kebahagian. Justru itulah, kesedihan akan membuat kita bangkit untuk meraih kebahagian. Saat kita dilanda kesedihan, berhentilah melayani perasaan dan pikiran jika memang ingin terlepas ari belenggu penderitaan hidup.
Jadi saya bukan Mie, saya bukan kopi, dan telur tetapi saya adalah “kegagalan itu sendiri”, akulah sentralanya.

*SEMOGA BERMANFAAT*

No comments:

Post a Comment