saya sama sekali tidak memerlukan hal ini
Saya kurang bijaksana,
Saya seharusnya menjaga mulut besar saya tetap tertutup
Maka bacalah bibir saya.
Kembali lagi saya bernostalgia
dengan kebiasaan saya, yaitu menulis apa saja yang itu menurutku menarik untuk
saya tulis, eemm seminggu yang lalu saat sedang asik-asiknya browsing,
baca-baca artikel-artikel menarik, sambil buka kawan sejati yaitu “Facebook”,
kebetulan salah satu aktivitas saya saat buka facebook pasti mengunjungi group2
yang di buat di FB, ntah itu group komunitas saat sma, komunitas rekan kerja,
dan juga komunitas sains dll. Di saat yang sama aku masuk di satu group yang
itu adminya hampir aku kenal smua karena itu adalah teman-teman aku juga yang
ada di dalamnya kebetulan basis group ini adalah komunitas pelajar/ mahasiswa.
Di group itu aku sengaja melempar bola api untuk bisa di jadikan diskusi yang
menarik bunyinya seperti ini (Komunitasnya tak beregenerasi dengan baik), tapi
sayangnya status pendekku itu di pahami keliru oleh beberapa teman, mereka
berkomentar seolah-olah aku memojokkan komunitas tersebut. Padahal maksud yang
sesungguhnya adalah di sana kita bisa tau apa yang menjadi kelemahan termasuk
saya ingin tahu juga apa yang perlu di benahi, ironisnya mereka berdebat dengan
kemampuanya mereka, tpi apa yang terjadi mereka berdebat di atas kekeliruan
interpretasi. Aku pun berusaha mengembalikan keadaan agar ini tidak berlanjut
tapi mereka sudah terperangkap dalam keseriusan dalam kekeliruan, tapi aku
dalam hati saja bilang yahh ini hal yang wajar-wajar saja, Cuma aku bingung aja
tentang mereka, bahwa apakah mereka benar-benar sadar kalau ia ada dalam
lingkaran akademis. Padahal jika status tersbut di maknai dengan kritis
analitis paling tidak mereka mengungkapkan apa kendalanya, apa yang tak
tercapai tapi yah begitulah kita bagaikan cacing yang selalu meninggalkan
kotoranya dari tubuh tampa ada niat untuk melemparnya keluar.
Komentar-komentar
terus terupdate di bawa status tersebut, hingga akhirnya ada yang bilang jangan
melihat komunitas ini dari segi negatifnya masi ada sisi-sisi yang lain, kita
tak butuh kritikan yang seperti itu yang kita butuhkan adalah realitas,
jelasnya seperti ini (generasi dari para kaum
intelejensi dari sbua organisai untuk saat ini blm bisa qt nilai hanya dari 1
arah sja... mereka msi dlm tahap proses,, apalah arti argumen mengkritik sbua
aergumen,, , “Realitas” yg membuktik bung..... ungakapan
seperi yang bung paparkan tanpa u sadari akan mengukung kreatif2 junior,, sbab
bung haxa menilai dari sisi negatifx sja......) lalu aku membalasnya seperti
ini (ky trimksh atas keslah pahamanya terlalu cepat mengklaim sisi positif dan
negatif...tpi ingat adik bahwa tak ada orang yang mampu menjelskan secara
totalitas dari sebuah sistem..mau tidak mau itu harus berurut 1 persatu...tpi
paham 1 hal bahwa manusia diciptkn dng punya mulut..bukan hanya tangan dan
kaki,,,maka tampa anda mengunkn hakikat mulut itu maka apalh artinya sebuah
realitas...dan aq tak paham ttng realitas yg adik maksud, realitas jangn hanya
dimaknai sbgi sebuah kenyataan seperti yg ada dlm KBBI...sungguh kliru rasnya
jika realitas di lihat dari perspektih kenyataan...tpi lihat realitas sebagai
sesuatu yg utuh dlmi....lalu apa yg menjadi alasnmu mengtkn bahwa aq menilainya
dari sisi negatif,,,dan aku jg mau bilang bahwa sy bagian dari sistem itu kok...jdi
jangn menklaim sembarang bahwa aq sedang bersandiwara ttng sisi negatif organisasi tersebut.........spongbob bilang petrik gunakan sedikit imajinasimu biar kita tdk
menciderai apa yg disebut sains.....)
hehe aku Cuma tersenyum membacanya aku cuma
bilang terimakasih atas komentarnya kesan yang pertama aku maknai di koment
tersebut adalah dia siapa?, apa yang mereka kembangakan dalam organisasi
tersebut, aku bilang mending kalian keluarkan nama daerahnya saja cukup
organisasi pelajar gak usah bawa nama daerah kalau ini hanya di jadikan sebgai
wadah gerakan otodidak. Organisasi kok masi bicara mengukung senior dan junior,
tapi kembali aku mengingat bahwa hukum manusia memang hanya senang untuk di
puji meskipun tak seharusnya hehehe, memang benar sedang dalam proses tapi
proses apa dulu? Di saat itu juga aku terganggu dengan kata realitas, apa yang
mereka maksudkan realitas, aku Cuma balas koment mereka bahwa jangan realitas
di maknai seperti yang ada di KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) bahwa ia yang
nyata itulah realitas, pertanyaanya adalah apa kaitanya bagaiman kalian mau
menerima relaitas, status yang begitu simple saja tak bisa di maknai bahwa ini
sebuah realitas bahwa memang benar-benar kita harus membuat sesuatu agar tak
tak lagi ada yang membuat status yang sama. Sungguh mengherankan, “Realitas”
saat di maknai sebagai yang nyata berarti ada yang utuh itulah kenyataan maka
jika mereka hanya terukur di kenyataan saja aku kembali bertanya apa yang utuh
dan apa yang di pertanggung jawabkan. Dalam hati aku Cuma bilang jangan berdiri
kalau gak ingin duduk lagi karena itu sebuah kepastian. Realitas adalah ketika
prosesnya terukur, sistematis dan akhirnya sampai pada apa yang disebut
aksiologis keputusan akhirnya benar adanya bahwa ia bisa dijelaskan dan
dipertanggung jawabkan.
Terlepas dari
semua ini aku kembali bertanya pada diriku, sesungguhnya aku juga belum bisa
benar-benar paham tentang realitas ini itu alasanya mereka keliru memahmi
produk pikiranku, tapi paling tidak aku sadar bahwa itu hal yang etis. Dan aku
bisa pertanggung jawabkan.
No comments:
Post a Comment