Sunday 6 October 2013

TIDAK RAGU BERKATA, MAMASA MEMANG “TERTINGGAL”


            Tidak ada salahnya jika mengakui sebuah kelemahan, dan kekurangan. Sebuah pengakuan atas kelemahan sesungguhnya dapat menambah ruang akan bebasnya mencara solusi dari kekurangan yang ada.  Batu loncatan yang tepat dalam membangkitkan kemajuan adalah pengakuan pada Publik atas potensi yang dimiliki, juga pengakuan atas kelemahan yang dimilikki.

            Kemajuan sebuah daerah adalah harapan besar bagi semua masyarakat Indonesia. Masyarakat menjadi sejahtera jika aspek terpenting dalam standarisasi kesejahteraan seperti Ekonomi, Pendidikan, Kesehatan, Infrastruktur, dan Lingkungan terjamin dan terpenuhi. Salah satu project terbesar bangsa ini adalah memberdayakan daerah-daerah yang tertinggal di seluruh nusantara, keberhasilan project ini juga tidak semata-mata pekerjaan bagi pemerintah namun juga masyarakat perlu untuk disusupi kesadaranya bahwa hidup maju itu adalah penting. Ksejehateraan bukanlah milik individu namun milik social public, implikasi dari kesejhateraan tentu tidaklah lain adalah “Kenyamanan” dan ini jugalah yang disebut kebutuhan paling vital bagi manusia adalah “hidup Nyaman”.

            Tidaklah menarik tulisan ini jika kita tidak menentukan 1 sampel dari banyaknya daerah yang tertinggal di Indonesia ,untuk dijadikan konsentrasi dalam bahasan ini.
            Mamasa, adalah tanah kelahiran penulis,  mekar pada 8 Tahun yang lalu menjadi kabupaten sendiri setelah pecah dari Propinsi Sulawesi Selatan, dan kini masuk dalam Sulawesi Barat, kondisi setelah menjadi kabupaten sendiri cukuplah memprihatinkan dari segi infrastruktur terlebih pada akses jalan trans Propinisi, apalagi trans daerah. Belum  dilihat dalam aspek Ekonomi, pendidikan dan aspek lainya, alasan inilah yang menggerakan saya untuk kembali menulis, tentang ketertinggalan daerahku.

Sebuah daerah yang baru mekar, waktu yang efektif untuk mepersiapkan diri dalam hal pembenahan tata ruang itu 5 tahun. Jika lebih dari itu tata ruang saja tidak terstruktur dan fungsional maka bagiku ini salah satu kategori ketertinggalan. Lebih jauh lagi berbicara pada konsep daerah yang tertinggal alangkah baiknya kita melihat apa yang dimaksudkan sebagai daerah yang tertinggal, daerah tertinggal adalah daerah Kabupaten yang relatif kurang berkembang dibandingkan daerah lain dalam skala nasional, dan  berpenduduk yang relatif tertinggal. Sesungguhnya penaganan daerah tertinggal merupakan upaya yang terencana, untuk mengubah suatu daerah yang tertinggal, penaganan ini semestinya pemerintah sangat berperan penting, dan bahkan jika menganalisis sebuah daerah yang tertinggal yang menjadi indicator terpenting adalah pemerintah bukan masyarakat. Pemerintah jika ia berhasil menata keinginan masyarakat, memberdayakan masyarakat dalam aspek SDM maka di saat itu masyarakat menjadi stakholeder terpenting dalam pembangunan daerah karena ia sudah berdaya secara mandiri. Sebuah pernyataan yang sering kali muncul di kalangan-kalangan masyarakat Mamasa bahwa tidak cukup jika hanya pemerintah yang bergerak dalam pemberdayaan daerah, masyarakat juga harus bersinergi dengan pemerintah. Namun apa artinya jika masyarakat tidak mengerti apa yang hendak mereka lakukan dalam mengintervensi pembangunan,dalam amatan saya terkadang masyarakat beraspirasi saja terkait kebijak tidak digubris. Ini budaya terun temurun sesungguhnya yang tidak mengedepankan sosialitas. Mengadopsi sebuah konsep demokrasi hanyalah iming-iming bahwa kita sedang bicara kebebasan bereksipresi, dengan prinsip “pemerintahan dari rakyat oleh rakyat untuk rakyat” namun apakah demikian adanya.

Alasan mengapa mengapa saya tidak enggan mengataka Mamasa tertinggal

Analisis secara umum
Secara geografis, Mamasa adalah daerah yang sulit dijangkau karena berada pada pedalaman, ditambah akses jalan penghubung ke daerah lain yang sangat buruk, secara geomorfologis pun seperti jaringan  komunikasi informasi kecenderugan lamban.

Sumber Daya Alam, potensi yang bisa diandalkan di mamasa hanyalah pertanian (agraris), jika dilihat secara geografis mamasa adalah daerah pegunungan yang kandungan tananya lumayan subur, tanaman yang sangat cocok di sana adalah Kopi,coklat, cengeh dan jenis sayuran, namun nampaknya harus diakui bahwa masyarakat mamasa masi sangat kurang keterampilanya dalam hal pertanian, masyarakat masi tetap bersadar pada model pertanian yang masi tradisionil. Kesadaran akan hasil di masa depan yang baik bagi produk pertanian juga masi kurang, lagi-lagi adalah soal SDM.
SDM, hamper semua daerah di indinosa yang menjadi isu pokok dalam lambanya pembangunan, dan kuatnya akar kemiskinan adalah sumber daya manusia yang rendah. Di daerah mamasa tingkat pendidikan warga yang masi produktif dari umur 20-40 thn pendidikan terakhirnya adalah SMP, dan selebihnya hanya SD. Maka tidaklah heran jika daerah kita terjebak dalam kebingungan dalam mengelola kekayaan yang dimiliki di mamasa,

Sarana dan Prasarana, harus di akui bahwa sarana transportasi jalan di mamasa salah satu pemicu yang utama dalam lambanya perkembangan social ekonomi, saya pernah menulis sebelumnya dengan judul Raport Merah bagi Kepemimpinan di Mamasa , dalam tulisan tersebut saya mengibaratkan saran jalan sebagai aliran darah dalam tubuh melalui urat, bayangkan jika di dalam tubuh darah mengalirnya lamban karena ada beberapa organ tubuh yang sakit, maka itu akan berpengaruh pada seluruh oragan tubuh yang lain. maka tidaklah heran jika mamasa dalam memarketingkan hasil-hasil karya di mamasa pun lamban, termasuk hasil buminya.

Kebijakan Pembangunan, Suatu daerah menjadi tertinggal dapat disebabkan oleh beberapa kebijakan yang tidak tepat seperti kurang memihak pada pembangunan aspek yang vital, kesalahan pendekatan dan prioritas pembangunan yang kurang efesien, serta tidak dilibatkannya kelembagaan masyarakat adat dalam perencanaan dan pembangunan. Maka tidaklah heran jika di mamasa pembangunanya Nampak acak dan rancau, saya menggabarkan pembangunan di mamsa tidak terpola.

            Dari alasan-alasa di ataslah yang kemudian memberanikan saya untuk mengatakan bahwa Mamasa adalah daerah yang tertinggal. Isu pokok yang paling menarik kita bisa lihat dalam persoalan di mamasa adalah, tata ruang yang tidak terstruktur. Secara administrative dapat di iakana namun data berkata lain jika ia dibunyikan dalam implementasi di lapangan. Akhirnya saya semakin percaya bahwa segala sesuatu akan bernilai luhur, itu sangat ditentukan di mana nilai itu dilekatkan. Bayangkan jika nilai kepemimpinan yang sacral itu dilekatkan pada orang yang tak punya jiwa kepemimpinan maka jangan kaget jika itu berbunyi terbalik.



No comments:

Post a Comment