Tidak
ada salahnya jika mengakui sebuah kelemahan, dan kekurangan. Sebuah pengakuan
atas kelemahan sesungguhnya dapat menambah ruang akan bebasnya mencara solusi
dari kekurangan yang ada. Batu loncatan
yang tepat dalam membangkitkan kemajuan adalah pengakuan pada Publik atas
potensi yang dimiliki, juga pengakuan atas kelemahan yang dimilikki.
Kemajuan sebuah daerah adalah
harapan besar bagi semua masyarakat Indonesia. Masyarakat menjadi sejahtera
jika aspek terpenting dalam standarisasi kesejahteraan seperti Ekonomi,
Pendidikan, Kesehatan, Infrastruktur, dan Lingkungan terjamin dan terpenuhi. Salah
satu project terbesar bangsa ini adalah memberdayakan daerah-daerah yang
tertinggal di seluruh nusantara, keberhasilan project ini juga tidak
semata-mata pekerjaan bagi pemerintah namun juga masyarakat perlu untuk
disusupi kesadaranya bahwa hidup maju itu adalah penting. Ksejehateraan
bukanlah milik individu namun milik social public, implikasi dari kesejhateraan
tentu tidaklah lain adalah “Kenyamanan” dan ini jugalah yang disebut kebutuhan
paling vital bagi manusia adalah “hidup Nyaman”.
Tidaklah menarik tulisan ini jika
kita tidak menentukan 1 sampel dari banyaknya daerah yang tertinggal di
Indonesia ,untuk dijadikan konsentrasi dalam bahasan ini.
Mamasa,
adalah tanah kelahiran penulis, mekar
pada 8 Tahun yang lalu menjadi kabupaten sendiri setelah pecah dari Propinsi
Sulawesi Selatan, dan kini masuk dalam Sulawesi Barat, kondisi setelah menjadi
kabupaten sendiri cukuplah memprihatinkan dari segi infrastruktur terlebih pada
akses jalan trans Propinisi, apalagi trans daerah. Belum dilihat dalam aspek Ekonomi, pendidikan dan
aspek lainya, alasan inilah yang menggerakan saya untuk kembali menulis,
tentang ketertinggalan daerahku.
Sebuah
daerah yang baru mekar, waktu yang efektif untuk mepersiapkan diri dalam hal
pembenahan tata ruang itu 5 tahun. Jika lebih dari itu tata ruang saja tidak
terstruktur dan fungsional maka bagiku ini salah satu kategori ketertinggalan.
Lebih jauh lagi berbicara pada konsep daerah yang tertinggal alangkah baiknya
kita melihat apa yang dimaksudkan sebagai daerah yang tertinggal, daerah
tertinggal adalah daerah Kabupaten yang relatif kurang berkembang dibandingkan daerah lain
dalam skala nasional, dan berpenduduk yang relatif tertinggal. Sesungguhnya
penaganan daerah tertinggal merupakan upaya yang terencana, untuk mengubah
suatu daerah yang tertinggal, penaganan ini semestinya pemerintah sangat
berperan penting, dan bahkan jika menganalisis sebuah daerah yang tertinggal
yang menjadi indicator terpenting adalah pemerintah bukan masyarakat.
Pemerintah jika ia berhasil menata keinginan masyarakat, memberdayakan
masyarakat dalam aspek SDM maka di saat itu masyarakat menjadi stakholeder
terpenting dalam pembangunan daerah karena ia sudah berdaya secara mandiri.
Sebuah pernyataan yang sering kali muncul di kalangan-kalangan masyarakat
Mamasa bahwa tidak cukup jika hanya pemerintah yang bergerak dalam pemberdayaan
daerah, masyarakat juga harus bersinergi dengan pemerintah. Namun apa artinya
jika masyarakat tidak mengerti apa yang hendak mereka lakukan dalam
mengintervensi pembangunan,dalam amatan saya terkadang masyarakat beraspirasi
saja terkait kebijak tidak digubris. Ini budaya terun temurun sesungguhnya yang
tidak mengedepankan sosialitas. Mengadopsi sebuah konsep demokrasi hanyalah
iming-iming bahwa kita sedang bicara kebebasan bereksipresi, dengan prinsip
“pemerintahan dari rakyat oleh rakyat untuk rakyat” namun apakah demikian adanya.
Alasan mengapa mengapa saya tidak
enggan mengataka Mamasa tertinggal
Analisis secara umum
Secara geografis,
Mamasa adalah daerah yang sulit dijangkau karena berada pada pedalaman, ditambah
akses jalan penghubung ke daerah lain yang sangat buruk, secara geomorfologis
pun seperti jaringan komunikasi
informasi kecenderugan lamban.
Sumber Daya Alam, potensi
yang bisa diandalkan di mamasa hanyalah pertanian (agraris), jika dilihat
secara geografis mamasa adalah daerah pegunungan yang kandungan tananya lumayan
subur, tanaman yang sangat cocok di sana adalah Kopi,coklat, cengeh dan jenis
sayuran, namun nampaknya harus diakui bahwa masyarakat mamasa masi sangat
kurang keterampilanya dalam hal pertanian, masyarakat masi tetap bersadar pada
model pertanian yang masi tradisionil. Kesadaran akan hasil di masa depan yang
baik bagi produk pertanian juga masi kurang, lagi-lagi adalah soal SDM.
SDM,
hamper semua daerah di indinosa yang menjadi isu pokok dalam lambanya
pembangunan, dan kuatnya akar kemiskinan adalah sumber daya manusia yang
rendah. Di daerah mamasa tingkat pendidikan warga yang masi produktif dari umur
20-40 thn pendidikan terakhirnya adalah SMP, dan selebihnya hanya SD. Maka
tidaklah heran jika daerah kita terjebak dalam kebingungan dalam mengelola kekayaan
yang dimiliki di mamasa,
Sarana dan Prasarana, harus
di akui bahwa sarana transportasi jalan di mamasa salah satu pemicu yang utama
dalam lambanya perkembangan social ekonomi, saya pernah menulis sebelumnya
dengan judul Raport Merah bagi
Kepemimpinan di Mamasa , dalam tulisan tersebut saya mengibaratkan saran
jalan sebagai aliran darah dalam tubuh melalui urat, bayangkan jika di dalam
tubuh darah mengalirnya lamban karena ada beberapa organ tubuh yang sakit, maka
itu akan berpengaruh pada seluruh oragan tubuh yang lain. maka tidaklah heran
jika mamasa dalam memarketingkan hasil-hasil karya di mamasa pun lamban,
termasuk hasil buminya.
Kebijakan Pembangunan, Suatu daerah menjadi tertinggal
dapat disebabkan oleh beberapa kebijakan yang tidak tepat seperti kurang
memihak pada pembangunan aspek yang vital, kesalahan pendekatan dan prioritas
pembangunan yang kurang efesien, serta tidak dilibatkannya kelembagaan
masyarakat adat dalam perencanaan dan pembangunan. Maka tidaklah heran jika di
mamasa pembangunanya Nampak acak dan rancau, saya menggabarkan pembangunan di
mamsa tidak terpola.
Dari
alasan-alasa di ataslah yang kemudian memberanikan saya untuk mengatakan bahwa
Mamasa adalah daerah yang tertinggal. Isu pokok yang paling menarik kita bisa
lihat dalam persoalan di mamasa adalah, tata ruang yang tidak terstruktur.
Secara administrative dapat di iakana namun data berkata lain jika ia
dibunyikan dalam implementasi di lapangan. Akhirnya saya semakin percaya bahwa
segala sesuatu akan bernilai luhur, itu sangat ditentukan di mana nilai itu
dilekatkan. Bayangkan jika nilai kepemimpinan yang sacral itu dilekatkan pada
orang yang tak punya jiwa kepemimpinan maka jangan kaget jika itu berbunyi
terbalik.
No comments:
Post a Comment