Tindakan
Manusia dalam Memperlakukan Alam
Pembahasan
Apakah kita pernah
merenungi kembali tentang keberadaan kita saat ini? Kita sebagai manusia hidup
di atas Bumi mulai dari lahir, kecil, beranjak dewasa, sampai kita meninggal.
Ketika kita merenungi betapa besarnya kahidupa yang didapatkan dari bumi, maka
kita akan selalu merasa bahwa betapa besarnya hutang manusia terhadap Bumi.
Namun hal itu nampaknya tidak menjadi bahan renungan bagi kita, tetapi justru
manusia hanya mengikuti egonya yang hanya menganggap alam sebagai sebuah objek
yang siap pakai, dan hanya bisa dieksploitasi kapan saja tampa memberikan
kontribusi yang mungkin bisa terus menjaga kestabilan alam agar tetap bisa
menadi pengerak kehidupan di muka bumi ini.
Masalah ekologi sudah
seharusnya diberikan perhatian yang serius mengingat berbagai kerusakan
terhadapnya sudah mencapai tingkat yang begitu mengkhawatirkan. Dari tahun ke
tahun kerusakan dan kekerasan terhadap ekologi bukannya menurun, malah semakin
meningkat secara drastis. Kebakaran, penebangan hutan, penambangan dan pabrik
kimia, pencemaran air, polusi udara, dan masih banyak yang lainnya, mungkin
merupakan fenomena yang umum terjadi di Indonesia.
Tindakan-tindakan manusia
terhadapa alam yang hampir tak terkendalikan inilah yang menjadi pemicu utama
terhadap peristiwa-peristiwa alam di belahan dunia ini yang akhirnya juga
mengancam kelangsungan hidup alam dan manusia itu sendiri, misalkan semakin
besarnya tingkat terjadinya bencana alam seperti tanah longsor banjir,
kekeringan,yang terjadi di berbagai daerah di Indonesia, yang sering menelan
korban jiwa yang cukup banyak. Masalah inilah yang terus menjadi persoalan
besar di dunia ini termasuk di Indonesia. Jika di tanya factor dari semua ini
jawabanya bisa bervariasi;
Pertama, pemahaman manusia terhadap alam
dan lingkungan adalah keliru. Anggapan bahwa alam beserta isinya diciptakan
untuk manusia, dan manusia sebagai pusat penciptaan hampir didukung oleh
berbagai agama di dunia dengan berbagai variannya. Misalnya, antroposentrisme
(paham yang menganggap manusia sebagai pusat dan puncak segala ciptaan, paham
inilah di pakai pakai sebagai legitimasi teologis atas pelimpahan wewenang dari
Tuhan kepada manusia untuk menundukkan dan mengeksploitasi alam secara
semena-mena demi memenuhi kebutuhan hidupnya.
Kedua, perilaku negatif manusia yang
memiliki kecenderungan untuk mengeksploitasi alam beserta isinya demi
kepentingan dirinya dengan menggunakan media sains dan teknologi tanpa
mempedulikan hak-hak alam. dalam diri manusia terdapat kecenderungan dan
keinginan untuk berkuasa dan mendominasi (will to power), tidak hanya
terhadap sesama manusia, tetapi juga terhadap alam. Persoalan lingkungan pada
dasarnya merupakan persoalan moral sehingga penanganannya pun harus melibatkan
pertama-tama, perubahan paradigma terhadap alam dan lingkungan, kemudian
melakukan tindakan afirmatif untuk mengembangkan sikap bersahabat dan berbuat
baik kepada alam
Pertanyaan di atas juga
ini bisa didasarkan atas kondisi ‘ekonomi’ dan ‘kepentingan’ manusia.
Kemungkinan jawaban yang akan di lontarkan beberapa orang adalah, bahwa karena
desakan ekonomi yang semakin mengancam kehidupanya, sehingga pilihan yang di
ambil adalah misalkan memanfaatkan alam dengan melakukan pembalaka liar untuk
bisa menghasilkan uang, dan sering juga melakukan pembakaran hutan untuk membuka
lahan pertanian seperti berkebun, untuk tetap bisa menghasilkan pangan, untuk
tetap bertahan hidup. Dan jawaban yang kedua karena kepentingan, hal ini
penulis lebih ke pengunaan tehknologi seperti pembangunan pabrik di tengah
pemukiman yang populasi penduduknya padat yang mungkin menumbulkan polusi yang
akhirnya bisa mengancam kesehatan, dan juga pencemaran lingkungan seperti
limbah dari pabrik yang berlebihan, karena hanya ingin memperoleh keuntungan
perusahaanya, walaupun sangat mengancam kehidupan mahluk hidup.
Paradigma, Antroposentrisme
Di
dalam lingkungan hidup, di prioritaskan campur tangan manusia terhadap tatanan ekosistem. Perlu diketahui
bahwa lingkungan hidup adalah sistem yang merupakan kesatuan, ruang dengan
semua benda, daya, keadaan, mahluk hidup
termasuk manusia dan perilakunya yang menetukan perikehidupan serta
kesejahteraan manusia dan mahluk hidup lainya.
Manusia di dalam alam menyatakan, bahwa bagi manusia alam merupakan suatu
“barang jadi” yang tinggal diterimah saja oleh manusia sebagai barang jadi,
alam adalah alam yang bersifat tertata sebagai ciptaan khalik. Dilihat dari
posisi dalam alam, manusia adalh posisi yang teranyam di dalam sistem tatawi.
Itu berarti, alam yang tatawi, adalah gelanggang bagi manusia untuk bereksistensi,
untuk meerealisasikan eksistensinya. Keteranyaman manusia dalam arti yang
demikian itu membawa konsekuensi sekalipun mempunyai kebebasan untuk enciptakan
kehidupan, di dalam menciptakan kehidupan manusia tertuntut untuk menghormati
ketatawian alam. Namun dengan bersandar dengan pandangan ini yang lebih ke
pemahaman antroposentris, justru membentuk ke serakahan manusia dalam
memanfaatkan alam.
Dalam
hubunganya dengan paham antroposentrisme, sifat manusia semakin terdorong dalam
memberikan sentuhan yang memikat bagi keberlangsungan alam, di mana dalam paham
ini mengngap bahwa manusia sebagai pusat dari alam. Paham ini semkin berkembang dipelosok dunia, dan
dipraktekkan berbagai macam komunitas, baik komunitas petani, sektor ekonomi,
industri dan yang lainya semuanya memberikan efek yang tak sepantasnya di
terimah oleh alam. Ironisnya dalam beberapa dekade terakhir ini bisa kita amati
berbagai macam fenomena alam yang terjadi, seperti banjir, semakin panasnya
suhu undara, pencemaran lingkungan, tetapi seolah-olah manusi sebagai pelaku
dalam merespon alam dengan berbagai tindakan, mulai dari tindakan yang tak bertanggung jawab, seperti
pembalakan liar pembangunan yang tidak tertata rapi, sepertinya menggambarkan
tidak terjadi apa-apa. Buktinya ditengah ancaman-ancaman keganasan alam,
manusia masi saja tak peduli dan terus melakukan tindakan yang tak bertanggung
jawab terhadap alam.
Posisi
manusi di atas bumi adalah merupakan penyebab utama terjadinya berbagai
perubahan alam. Dalam sudut pandang filafat juga dikatakan, bahwa manusia
satu-satunya dutuntut bertanggung jawab atas kelestarian lingkungan hidup di
mana ia berada di dalamnya, karena manusia merupakan satu-satunya mahluk hidup
yang diberi kebebasan untuk menguasai, mengelolah dan memanfaatkan alam dalam
mewujudkan kebebsan menciptakan kehidupanya. Untuk itu manusia juga dikaruniai
akal budi sehingga manusia dapat mewujudkan posisinya di atas alam, di samping
harus mengingat bahwa manusia juga tetap mempunyai posisi terikat alam karena
manusia tak dapat hidup mandiri tampa alam yang merupakan tempat dan sumber
perlengkapan dalam menciptakan kehidupanya
Manusia
dalam Hubunganya dengan Alam
Dalam
dasar-dasar ekologi yang digunakan sebagai sentral antara hubungan timbal balik
manusia dengan alam, yang merupakan konsep dasarnya adalah, “ di mana pun
manusia berada tidak akan bisa hidup manidiri tentunya ia kan selalu
membutuhkan interaksi dengan mahluk hidup lainya yang ada di bumi” karena itu sebagai manusia yang bertanggung
jawab, di dalam mewujudkan kebebasan untuk vmenciptakan kehidupanya maka perlu
memperhatikan dan memperdulikan tatanan alam.
Dalam
berinteraksi dengan alam manusia dengan segala tindakanya dapat mewujudkan
berbagai pengaruh terhada alam, yang secara garis besar dikategorikan dalam
tiga hal
1.
Merusak alam (deterioratif)
2.
Melestarikan alam
3.
Memperbaiki alam
Sebagai manusia yang diberikan kebebesan
untuk menciptakan kehidupanya secara bertanggung jawab maka arah yang hendak
dicapai adalah memperbaiki alam agar alam selalu mampu menopang kehidupan
manusia. Segala perbuatan manusia hendaknya memberi makna pada alam sehingga
alam lebih bermakna bagi kehidupan manusia.
Keadaaan
planet bumi yang merupakan tempat tinggal manusia, yang saat ini sedang
memburuk; telah menjadi pusat perhatian dunia.
Jika kita sring mengamati siaran TV berita koran radio, selalu saja
menyajikan berita tentang tekanan yang berkenan dengan lingkunga. Baik itu
tentang permasalahan pangan, energi, kemingkinan terjadi pemanasan
global, penipisan lapisan ozon, ledakan penduduk, banjir, kerusakan hutan, erosi plasma dan sebagainya. Kalau
manusia menempuh jalan yang bersufat
deterioratif maka keadaan itu boleh dikatakan sangat menggelisakan. Sudah seharusnya
manusia membenahi perilakunya mulai sekarang.
Relasi
eksistensial manusia dengan alam yang demikian itu menempatkan manusia di dalam
keterikatan pada alam yang tak
terhindar. Dan dengan mendasarkan diri pada pengertian bahwa di dalam
keterkaitan itu manusia harus mengelolah alam, kita dapat menyebut situasi
eksistensi terhadap alam itu dengan istilah teksnis situasi eksistensi. Dari
sini kita mengetahui bahwa pada manusia menciptakan dan mengelolah alam dan
mengunakan alam. Seluruh usaha manusia untuk menciptakan dan menjalankan
kehidupanya dengan menguasai dan mengelolah dan menggunakan alam itu dapat
dengan istilah teknis, kita sebut “membudaya”. Dari sejarah manusia mungkin
kita sudah mengetahui bahwa sejarah pembudayaan manusia berjalan melalui proses
perkembangan maju, yang pertama dalam hal kesadaran manusia mengenai posisi
dirinya bahwa dia di atas alam
(Transenden terhadap alam) dan harus menguasai, dan mengelolah alam,
kedua. Penguasaan , pengelolaan dan penggunaan alam oleh manusia, ketiga,
penciptaan kehidupan, dengan menekankan perkembangan atau kemajuan pengelolaan
alam oleh manusia memang kita dapat menyebut proses itu kulturalisasi.
Memang
pada satu segi alam bagi manusia adalah barang jadi yang tatawi yang manusia
tinggal terimah. Tetapi ketatawianwian alam itu tidak membuat alam menjadi
sesuatu yang “statis” yang tak terubahkan oleh manusia, sebab pada segi yang
lain, manusia adalah di atas alam menguasai alam, berusaha mengelolah alam
untuk menopang kehidupanya. Sebagai sumber perlengkapan kehidupan manusia, alam
justru menuntut manusia untuk menguasainya, dan mengunakanya, tetapi manusia
juga harus memanusiawikan alam, dalam arti mengaktualisasikan potensi manusia,
maka dengan demikian alam akan memberikan makna yang berartiv bagi kehidupan
mausia, dan ctetap menopang semua mahluk hidup yang ada di atas muka bumi.
Catatan akhir penulis, adalah sudah saatnya kita
membentuk terobosan baru dalam memperlakukan alam sebagaimana mestinya, tidak
hanya manusia yang selalu mengeksploitasi isi alam tampa kontribusi timbal
balik. Memang alam menuntut manusia untuk menguasainya, dan mempergunakanya
dalam memenuhi kebutuhan hidup tetapi bukan berarti kekayaan alam hanya dapat
dikuasai tampa ada aksi koaksi yang di bangun manusia dalam menyikapi kembali
alam. Pilihan yang menurut penulis adalah menopang alam dengan basis ilmu
pengetahuan.
Fandi Lo'
No comments:
Post a Comment