Wednesday 2 November 2011

EMOSI BENAR-BENAR MEMBUNUHMU


Saya sama sekali tidak memerlukan hal ini
Saya kurang bijaksana,
Saya seharusnya menjaga mulut besar saya tetap tertutup
Maka bacalah bibir saya.
Dalam dua bulan terakhir ini saya sempat menghilang dari kebiasaan saya  untuk menulis, itu karena kesibukan benar-benar menegepung diriku, maka di samping kesibukan saya ini, supaya tidak stress, maka saya  meluangkan waktu senggang saya untuk kembali melahirkan Tulisan,  yang itu menjadi  pengalaman yang saya alami selama ini, yaitu Emosi. Dari sifat inilah saya merassakan saya sering terjatuh dari komptisi kehidupan yang sudah pasti bagi diriku, itu karena Emosi, jadi saya akhirnya mengambil topic yaitu  EMOSI BENAR-BENAR MEMBUNUHMU.

Sebuah keyakinan bagi banyak orang adalah bahwa kehidupan kita akan menjadi luar biasa ketika kita mampu mengendalikan situasi yang eksternal. Namun banyak sekali bukti yang sebaliknya. Kualitas kehidupan  kita yang sebenarnya berasal dari respons internal kita. Respon ini datang dari sikap yang berbeda. Dan tentu saja pengalaman yang dirasakan masing-masing berbeda. Masing-masing dari kita menentukan kualitas kehidupan kita melalui keyakinan inti yang memengaruhi perilaku kita.

Untuk mengetahui bagaimana emosi mempengaruhi kita, ada gunanya untuk memahami apa sesuatu tentang sifat dasar emosi. Emosi adalah riil gejolak perasaan yang kuat! Perasaan ini adalah reaksi otomatis yang mencerminkan pengalaman masa lampau kita. Emosi adalah bagian instingtif dasar  (orisinal, primitive, fundamental) dari wujud kita. Jika anda perna membaca tulisan  Julia Bondi yang berjudul Unveiling the Miysteries Of Sex and Romance (Mengungkap miysteries seks dan Romantisme), di dalamnya Bondi meyakini bahwa reaksi emosional instingtif terhadap situasi bisa membantu kita mengenali keyakinan ini yang tidak disadari. “manusia sudah melakukan revolusi sehingga tidak lagi hanya menjadi mahluk emosional yang reaktif dan instingtif. Kita sekarang memiliki kekuatan pikiran yan dikaruniakan oleh Tuhan untuk mengunakan dan memanfaatkan energy emosi kita. Emosi sebagai respons selalu ada, siap untuk dirasakan. Pengalamn merangsang semua itu. Demikian juga berpikir mengenai segala susuatu! Kita bereaksi secara emosional dan penjelasan yang kita berikan kepada diri sendiri untuk mengespresikan dan mengatasi apa yang kita rasakan secara instingtif , biasa berkembang menjadi sebuiah keyakinan yang tidak disadari. Dalam beberapa hal, kita merasakan emosi dan kemudian berusaha memberi alasan untuk menghilangkan setiap luka”

Karena emosi bersifat dasar atau instingtif, otak dan pikiran merupakan cara kita untuk berhubungan denganya dan juga untuk mengarahkanya mereka secara benar. Bereaksi begitu saja terhadap  emosi, tampa memikirkan segala sesuatu, sering kali bias membuat  kita mengatakan atau melakukan hal-hal yang belakangan kita sesali. Pikiran sadar membantu kita menghadapi emosi kita secara konstruktif, asalkan kita tidak mengunakan pikiran kita untuk menilai atau menyangkalnya. Pemikiran yang benar akan memungkinkan kita untuk mengubah keyakinan batin kita, sehingga kita bisa menyesuaikan kembali dengan emosi kita secara sehat dan bermanfaat. 

Tetapi saya menyadari bahwa memang kecenderungan orang ketika larut dalam sebuah persoalan, pastinya kesan pertama yang akan terlihat adalah emosi, hal ini pun tidak asing menurutku, karena pengalaman saya pun demikian adanya. Namu saya selaku mencoba utntuk terlepas dari sikap tersebut, aku selalu berusaha untuk tidak terperangkap dalam belenggu emosi yang berlebihan. Namun saya hanya ingin mengatakan bahwa jangan sampai dengan emosi dalam diri yang kemudian hidup kita di sulap menjadi sebuah malapetakan dalam pikiran.  Jadi menurutku sikapilah sebuah masalah dengan lapang dada. Aku selalu ingat sebuah pesan bahwa  kebahagian maupun kesuksesan sejati sesungguhnya berawal dari timbulnya masalah yang berhasil di atasi dengan baik.

TIDAK ADA ORANG YANG BAHAGIA SELAMANYA

1 comment:

  1. aq sangt menyukai tulisan ini...pesan yg di gagas di dalamnya sangat menarik, dan memang betul jika kita tidak mampu mengontrol emosi, maka qta dng mudah terjatuh dalam kompetisi kehidupan.....

    ReplyDelete