|
Sumber http://www.republika.co.id/ |
Bicara soal politik banyak
masyarakat sudah menjadi apatis dengan iklim perpolitikan di Negeri ini itu
karena keburukan citra yang diperanakan oleh beberapa Politisi itu alasanya
citra Politik menjadi buruk di beberapa masyarakat. Untuk menelusuri kebenaran
hipotesis ini terlalu mudah untuk ditelusuri dari atas sampai kebawa bangsa ini
cukuplah referensi tentang buruknya cintra politik yang di perankan actor-aktor
bangsa ini. hampir semua aspek social seperti, ekonomi social budaya, rumpun
politik tampa prinsip ini berkembang biak seolah-olah menjadi sebuah kewajiban
tampa memandang ia sedang memegang kendali yang luhur, di Indonesia realitas
yang terkadang mengatakan kepada kita bahwa politik itu kotor, di dalamya
terdapat KKN pemaksaan kepetingan jual beli suara bahkan sekalipun hukum di
rupiakan, politik digambarkan sebagai alat yang tepat dalam pemenuhan hasrat
dengan kesewenang-wenangan.
Pendidikan tentang etika yang di mulai dari orang tua
kemudian ke jenjang pendidikan dan lingkungan masyarakat menjadi tak bermakna saat
sudah meraih posisi penting dalam sebuah masyarakat. Ini mungkin menurut
analisis penulis salah satu teka teki tentang manusia, di mana manusia
berproses begitu lama dalam membekali diri dengan harapan ia bisa menjadi baik
dan bisa teranggap dalam sebuah komunitas ternyata hal demikian hanya kebanyakan tejadi dimana ia baru memulai
sebuah misi. Kekuasaan ketika menjadi sebuah tujuan utama tidaklah masalah dan
itu dambaan bagi banyak orang namun kekuasaan mestinya dilihat sebagai salah satu tanggung jawab social,
melekatnya sebuah identitas kekuasaan dalam diri seseorang menjadi tanda di
mana ia telah menjadi lider bagi orang yang “dikuasainya” kekuasaan bukan
dimaknai sebagai tindakan kekuasaan yang agresif arogan yang pada akhirnya memunculka keserakaaan
terhadap sesuatu, jika hal ini terjadi maka hak orang lain sekalipun bisa di
raih lewat kekuasaan tersebut.
Matinya
keluhuran Politik sebagian besar dimatikan oleh orang-orang yang menganggap
dirinya paham betul tentang politik, politik jika dilihat cara kerjanya memang
ia tak menginginkan pikiran netral ia tetap ingin lebih, kompetisinya sangat
jelas bahwa bermain dalam iklim politik mestinya pandai dalam memainkan
strategi. Ada anekdot juga yang mengatakan bahwa jika seorang anak diwaktu
kecil ia menyenangi permainan mobil-mobilan atau bongkar pasang berarti kelak ia sekolah
masuknya di tehnik, seorang anak jika ia suka gambar corat coret tembok berarti
sekolah nanti dimasukan ke sastra seni, namun jika anak suka mengambil uang
orang tuanya dengan sembunyi maka tempatnya di politik hehehe hal ini semakin
menciderai citra politik, penulis kurang paham betul bahwa apakah anekdot ini
betul, dan apa pula kaitanya dengan politik? Sejauh ini belum ada survey
tentang hal demikian, apakah memang politisi sebelum manggung memang sudah sering
‘nakal’ di saku ayah ibunya, sejauh ini yang penulis tau Gubernur hingga
Presiden harus berbekal Surat Keterangan Kelakuan Baik dari Polres.
Dalam literatur, kata “politik’
yang berasal dari bahasa Yunani mempunyai makna yang berkaitan dengan serba
keteraturan, keindahan dan kesopanan bagi warga kota. Maka tugas utama polisi,
kata yang serumpun dengan politik, adalah menjaga keteraturan dan keindahan
kota (polis) sehingga prilaku polisi harus selalu santun (polite). Pada
perspektif ketatanegaraan, keteraturan dan kesantunan hidup bersama itu dijaga
dan diperjuangkan oleh para politisi. Begitu luhurnya ilmu dan misi politik,
sehingga Aristoteles menyebutnya sebagai seni tertinggi untuk mewujudkan
kebaikan bersama (commond and highest good) bagi seluruh Negara. Mengapa
politik meruapakn ilmu yang paling mulia dan menempati kedudukan yang
tertinggi? Karena menurut Aristoteles dalam Nicomachean Ethics, semua ilmu
cabang yang lain di bawah kendali dan akan melayani implementasi ilmu politik
guna menciptakan kehidupan sosial yang nyaman, teratur dan baik.
Politik memang
mengajarkan tentang bagaimana memperoleh kekuasaan namun politik juga
mengajarkan bagaimana cara penggunaan kekuasaan yang etis. Kekuasaan enaknya
adalah ia bisa digunakan dalam melakukan segalah hal termasuk menghalalkan
segala cara untuk memnuhi hasrat pribadi, lalu bagaimana membangun politik yang
beretika humanis, tidak menakutkan bersahabat. Untuk memunculkan ini semua
tentunya dengan Politik yang punya ‘prinsip’ politik harus dilihat sebagai
tanggung jawab (responsibility) dan amanah Tuhan dalam mengimplementasikan
undang-undang, taat akan hukum mendengar aspirasi membantu yang lemah, dan juga
bagaimana agar politik kekuasaan itu senantiasa direfleksikan bergandengan
dengan dimensi kemanusiaa. jika kesadaran demikian di tanamkan maka keluhuran politik akan dirasakan oleh manusia.
mantab brow....
ReplyDeleteHalooooo :)
ReplyDeleteSalam kenal ^_^! kalau ada waktu, mampir ke blog saya ya ^_^!
Matur nuwun :)
ok siap bung nanti saya kunjungi blog anda trmh kasih sudah berkunjung ke blog saya..
Delete