Ilmu......?????
Sangat dekat dengan lingkup hidup manusia, ilmu nampaknya bukan lagi
sesuatu yang asing bagi kehidupan, ilmu hampir setiap hari di kelolah dengan
akal budi yang kita miliki, namun semua dari itu mungkin saya katakan sebagai
sebua manifestasi dari ilmu, ada
batasan-batasan tertentu yang di sebut dengan ilmu. Dalam tulisan ini saya
tertarik untuk menguraikan sedikit pengetahuan saya tentang ilmu itu sendiri,
dan sekaligus dibantu beberapa buku yang saya jadikan sebuah pelengkap dalam
bahasan tulisan ini.
Dalam pergumulan saya
dalam dunia pendidikan saya terkadang keliru dalam menginterpretasi ilmu itu
sendiri, saya kadang mengartikan sebuah ilmu itu hanyalah kegiatan berpikir
yang biasa saja. Namun hakekat ilmu tidak demikian. Ketika saya menyadari bahwa
ternyata salah satu jalan untuk mencari kebenaran itu di peroleh melalui jalan
ilmu, bukan mutlak sebagai satu-satunya jalan pencarian kebenaran yang dapat
kita tempuh. Dari sifat itulah kemudian saya selalu berusaha untuk mengembangkan
ilmu pengetahuannya untuk bisa mencapai kebenaran Empirik.
Lalu Apa yang kita sebut dengan ilmu...????
Paling tidak kita mengenal dua macam ilmu
pengetahuan, pertama, pengetahuan, yang dalam bahasa inggris kita sebut sebagai
Knowledge. Kedua, ilmu pengetahuan
atau sering kita singkat sengan sebutan ilmu, yang dalam bahasa inggris sebagai
Science. Ilmu itu sendiri dimaksudkan sebagai suatu pengetahuan yang disusun secara sistematis, serta kebenaranya
dapat diperiksa dan di uji kembali orang lain. Terkait dengan bahasan dari awal saya mengatakan bahwa
ilmu harus punya batasan barulah disebut sebagai ilmu, batasan yang dimaksudkan
adalah ilmu harus mencakup tiga ciri atau syarat yang pertama adalah, Ilmu
harus logis, atinya disusun berdasar akal pikiran manusia. Kedua Ilmu harus
tersusun secara sistematis. Ketiga harus bersifat obyektif.
Untuk dapat kita lebih mengerti dan paham
batasan ilmu itu sendiri saya uraikan ketiga batasan itu;
Ilmu Sebagai Pengetahuan Logis
Ilmu dimakasudkan di sini adalah implikasinya harus benar sebagai
pengetahuan yang menjunjung tinggi kebenaran yang bersifat rasional. Ilmu harus
diperoleh berdasarkan pada akal pikiran manusia. Dan tugas ilmu untuk
menjelaskan segala hal secara masuk akal. Misalkan dalam hal menjelaskan “Gerhana Matahari” misalanya, ilmu tidak akan
menjelaskan kalau peristiwa itu diakibatkan kerena matahari tengah dimakan Sang
Btara Kala. Ilmu pasti mengatakan kalu
peristiwa itu gejala alam; karena posisi matahari sedang tidak dalam kedudukanya yang biasa,
maka terjadilah Gerhana Matahari.
Ilmu Sebagai Pengetahuan Sistematis
Sistematis dimaksudkan di sini adalah bahwa ilmu harus diperileh menurut
kaidah-kaidah atau aturan-aturan tertentu yang disepakati oleh semua orang yang
menggeluti dunia keilmuan. Dunia ilmu adalah dunia tersendiri. Tentu saja
aturan-aturan kehidupan-nya pun tersendiri pula
isinya tentu akan berbeda dengan
yang lain. Dan kesemua-nya itu dimaksudkan agar bisa berada dalam jalan yang
benar guna menuju kearah tujuan keilmuanya. Aturan-aturan inilah yang
selanjutnya disebut Metode Ilmu. Atau sering disebut juga sebegai metode
Ilmiah.
Ilmu Sebagai Pengetahuan Obyektif
Bila ilmu hanya menggantungakan dirinya pada kreasi akal pemikiran semata, maka obyektifitas kebenaran
ilmu dapat dipercaya dan dapat menjadi pegangan setiap orang pasti tidak akan
pernah ada. Setiap orang, dengan kepala dan pengetahuanya masing-masing, tampa
ada yang bisa mencegah, pasti dapat menyatakan bahwa dirinya seorang ilmuwan
yang mempunya kebenran yang benra meskipun kebenaran itu hanya pembenaran
dirinya. Ilmu tidak menginginkan hal it, ilmu mau agar kebenran yang ada pada
dirinya bisa obyektif sehingga kebenaran ilmu dapat dipercaya dan dapat menjadi
pagangan semua orang. Untuk itu ilmu tidak melulu menyadarkan dirinya pada kebenaran-kebenaran rasional yang diperoleh
akal. Lebih jauh ilmu ber paling kepada kebenran yang bersifat Empiris.
Dari bahasan di atas penulis tidak hanya mengkaji tentang batasan-batan
ilmu, agar tulisan ini semakin menarik dan mudah di pahami si pembaca saya akan
menguraikan juga tentang ruang lingkup sebuah ilmu .
Di atas telah di bahas sebelumnya obyek telahan ilmu terbatas hanya pada
obyenk-obyek yang bersifat terbatas. Ilmu hanya membahas segala hal yang dapat
terindar, teraba, terasa, terdenga, terkecap dan terlihat oleh panca indera
saja. Yang dipelajari ilmu tak lebih sekedar obyek-obyek konkret yang ada pada
semesta alam, gunung, laut, binatang, tumbuhan, angkasa lua, hingga termasuk
manusia dengan segala perilakunya. Maka yang menjadi bidang kajian ilmu sangat
terbatas. Ilmu tidak sampai mempelajari, apa yang berada di luar jangkauan
panca indera manusia. Apalagi kalu yang harus dipelajarinya sudah berada diluar
jangkauan akal pikiranya. Ilmu misalnya tidak membahas tentang masala kehidupan
akhira. Keberadaan surga dan nerak, meskipun alat bantu tehknologi yang
digunakan telah begitu canggih, namun tetap takkan bisa dibuktikaan oleh
manusia. Bagi ilmu, keberadaan akhirat adalah mister, dan selamnya akan tetap
menjadi sebuah misteri.jalan untuk mengetahui dunia lain yang diciptakan Tuhan
itu, tak ada jalan lain kecuali melalui pengetahuan agama.
Ilmu pun tak mungkin
mebahas segala pengetahuan yang dihasilkan oleh rasa manusia. Kalupun idera
keenam itu tetap diakui sebagai indera manusia, namun indera keenam bukanlah
suatu idera biasa. Bagaimana cara indera keenam mendaptkan pengetahuanya, sama
sekali tidak diketahui oleh orang lain. Untuk itu pengetahuan yag didapat
indera keenam itu tetap bukan sebagai sebuah ilmu. Jadi “konon” Teori
Relativitas” bisa Einstein peroleh berkat ketajaman indera keenamny, namun
tetap saja, agar teorinya itu bisa diterimah dalam dunia ilmu terlebih dahulu
Einstein merubahnya menjadi rumusan-rumusan yang dapat dipahami oleh mas
yarakat ilmiah. Dan Einstein pun ternyata menyadarinya. Sehingga kemudian dia
merubah teorinya dalam bentuk rumusan-rumusan matematis, sehingga kemudian
menjadi “Teori Relativitas” yang kita kenal sekarang yang bisa dipelajari dan
diuji oleh ilmuwan-ilmuwan lainya. Karena itulah ilmu tidak bertugas menjadi
seorang fotografer yang bisa memotret seluruh alam ray. Ilmu hanya bertugas
sebagai penangkap fenomena atau gejala-gejala yang tersembunyi dibalik segala
tingkah laku alam yang dapat terindera oleh manusia saja. Fenomena itu lalu dipelajari dengan harapan
kenapa fenomena itu sampai ada.
Dalam Filsafat hakekat sebenarnya dari ilmu itu sendiri ada tiga
Otologi ( bagaimana memperoleh pengetahuan)
Estimologi (batasan-batasan ilmu)
Aksiologi ( kegunaan ilmu pengetahuan bagi kehidupan manusia)
Referen
Apa
Sih Ilmu Itu (Aat Suwanto)
Semoga
Bermanfaat
‘
JOIN NOW !!!
ReplyDeleteDan Dapatkan Bonus yang menggiurkan dari dewalotto.club
Dengan Modal 20.000 anda dapat bermain banyak Games 1 ID
BURUAN DAFTAR!
dewa-lotto.name
dewa-lotto.org