Tuesday 25 March 2014

GUBERNUR SUL-BAR TIDAK PRO RAKYAT


Konsep nation State tidak mungkin hancur dalam tempo yang lama. Yang perlu di jaga dan diwaspadai adalah agar nation-state dengan ideologi nasionalismenya jangan dijadikan berhala. Untuk indonesia secara teoritik “kemanusiaan yang adil dan beradab” adalah payung nasionalisme bangsa ini. Jadi ideal sekali, seklaipun dalam kenyataanya menempu jalan yang berbeda. Namun, para pemimpin negeri ini belum paham makna tersebut.

            Indonesia semestinya secara kultural lebih kokoh karena bangsa lahir sebagai negara, tetapi tidak demikian yang terjadi . saya melihat kelemahan terbesar terletak pada pemimpin. Sejak proklamasi kita telah mempunyai  pemimpin-pemimpin hebat, tetapi tidak efektif. Mereka gagal membangun bangsa ini secara berencana. Kita harus jujur bahwa bangsa indonesia bisa bertahan hingga hari ini terutama karena kedarmawanan alam. Sekalipun lautan kemisikinan  masi terbentang luas celakanya  adalah kenyataan bahwa bumi yang darmawan ini menjumpai manusia-manusia yang sering lupa daratan lupa lautan. Orang baik masi banyak kita jumpai, tetapi tidak berada dalam posisi untuk bertindak efektif, kekuatan orang baik inilah yang harus di galang untuk tujuan-tujuan besar menyelamatkan masa depan bangsa.

            Nasib buruk inilah yang di alami beberapa daerah di indonesia termasuk Sul-Bar,  sebuah propinsi hasil pemekaran dari sul- sel pada tanggal 5 oktober 2004, terhitung sudah 14 tahun menjadi propinsi tetapi daerah yang bernaung di dalamnya masi banyak yang tak berdaya, berdasrakan data yang ,di himpun oleh KPDT sulbar di temukan masi ada 4 kabupaten yang masi tertinggal di antaranya adalah Mamuju, Majene, Mamasa, Polewali mandar (Polman), dan Mamuju Utara. Kendala terbesar yang di alami oleh beberapa daerah di sulbar adalah SDM yang masi rendah, infrastruktur, ekonomi, dan juga aspek budaya seperti kesenian masyarkatnya tidak dibina maka tidak heran beberapa kesenian daerah mulai hilang karena tidak diberdayakan. Nasib ketertinggalan beberapa daerah di Sul-bar menuai banyak protes yang juga beragam dari berbagai kalangan. Jika dilihat secara geografis sulbar adalah daerah yang cukup kaya, dan kemungkinanya untuk setara dengan Sulawesi Selatan sangat besar. Hal penulis katakan karena masing daerah di sulbar memiliki potensi yang berbeda dan juga masing menjanjikan. Mislkan di mamuju kebun kelapa sawit cokelat, kelapa, adalah kekayaan yang sangat memungkinakan memajukan perekonomian masyarakat. Majene polewali juga di jumpai hasil pertanian warga yang bergerak di bidang pertanian seperti sawa, dan perkebunan dan juga hasil laut yang cukup melimpah, Mamasa di daerah ini adalah daerah pegunungan yang sangat subur dan alamnya yang masi homogen, di daerah mamasa masyarakatnya lebih bergerak pada sektor pertanian, perkebunan, dan juga hasil hutan seperti rotan dan kayu untuk bahan bangunan dan juga menwarkan banyak objek wisata yang cukup memukau, sayangnya potensi yang di miliki beberapa daerah ini tidak diperhatikan secara serius oleh pemerintah sehingga daerah-daerah ini masi sangat tertinggal.

            Namun faktanya tidak serupa yang di jumpai pada masyarakat, kemiskinan dan ketertinggalanlah yang lebih nampak di daerah ini. Tidak ada masyarakat yang menolak perubahan ke arah yang lebih baik, dan tak ada kebaikan yang tertutup dengan perubahan, melainkan hal ini sinkron yang mestinya dirasakan oleh masyarakat. Oleh karena fakta yang memaksa masyarakat untuk harus geram apatis, dan bahkan seolah-olah menyerah dengan keadaan, tak lain kekesalan ini ditujukan kepada orang yang pernah dipilihnya menjadi seorang pemimpin.

            Kritik demi kritik yang terus dikumandangkan seolah-olah sedang berbicara pada si tuli, bibir serasa sudah kehabisan kata-kata namun tak satu pun respon yang mereka berikan. Saat ini situasi mulai memanas di kabupaten Mamasa sebagian besar jejaring sosial yang dijadikan sebagai media diskusi orang mamasa yang menjadi ternding topic adalah seputar kegagalam pemerintah daerah dan pemerintah propinsi, yang dinilai tidak mampu menjalnkan tugasnya sesuai dengan yang di amanatkan oleh rakyata mamasa. Tak hanya di media sosial di beberapa kecamatan juga membicarakan topik yang sama. Bahkan akhir-akhir ini beberapa media sosial yang bergerak di bidang pers memberitakan bahwa Mamasa ingin bersatu kembali dengan Propinsi Sulawesi Selatan ketimbang beranaung di bawa pemerintah sul-bar yang hanya di jadikan sebagai bagian yang bersyarat, tapi tidak diperhatikan kemajuan daerahnya. Berita ini semakin dibenarkan dengan isu infrastruktur jalan yang menghubungkan antar Mamasa dan kota-kota lainya seperti polewali hingga tembus makasar yang hingga kini tak ada perubahan yang signifikan, dan memang penulis pun mengakui jika itu disebut jalan utama sangat tidak tepat jika di lihat bentuk fisiknya. Lalu apa curhat seorang gubernur bupati dan aparatur  pemerintah lainya jika melintas di jalan yang tidak layak dilalui kendaraan  ini. Ataukah mereka memerintah di luar kesadaran.?


Wahai pak Gubernur dan Pak Bupati, jangan menjadikan kemiskinan yang menghabiskan semangat kami, jangan jadikan pemberontakan sebagai hiburan, kami tau di kota Mamasa yang kami cintai ini jarang hiburan namun bukan berarti anarkisme yang dikemas dalam demonstrasi sebagai hiburan yang kalian sajikan kepada kami. Kami tau kami tak punya kapasitas untuk maju oleh karenanya kami membutuhkan pemimpin yang siap memacu kekurangan kami sehingga kelemahan kami menjadi kekuatan, Pak Gubernur dan Pak Bupati yang kami hormati andaikan bukan kedarmawanan alam yang kuat menopang daerah yang anda pimpin mungkin daerah ini akan  menjadi sarang kemiskinan, sarang keterbelakangan. Mamasa, ada hingga hari ini itu karena tuntunan alam yang setia. Ingat alam tiadak akan berbicara bahwa mereka butuh campur tangan manusia, maka jangn tunggu alam berbicara baru bapak bergerak menyelamatkan rakyat mamasa. Rakyat tidak mengenang janji namun mereka mengenang implementai dari janji yang anda telah katakan saat anda menyatakan siap untuk di berikanan amanat oleh sang pemilik demokrasi yaitu rakyat.

6 comments:

  1. Replies
    1. Pemimpin yg lupa klu kekuaasaan itu amanat,, trmh kasih kawan sudah gabung.

      Delete
  2. harus ada sistem pemilihan yang lebih baik..

    ReplyDelete
  3. kalo udah gak pro rakyat ya udah pasti pro uang dan jabatan

    ReplyDelete
  4. Yah begitulah gambaran pemimpin kami di Sulbar.. ingin hati menumbangkan beliau tpi apakah kami sudah menyiapkan penggantinya, takunya tumbang lalu yg mengantikan sama saja ataukah mungkin lebih parah, semoga beliu menyadari bahwa ia adalah penentu paling besar atas tanggung jawab yg dimandatkan rakyat sulbar.

    ReplyDelete