Tuesday 10 March 2015

Keliru Mengindonesiakan SDM


Implikasi Pendidikan

Pendidikan adalah sebuah proses pengubahan sikap dalam menuntut perkembangan untuk pendewasaan diri. Aspek pendidikan menitik beratkan manusia sebagai pusat perubahan, oleh karenanya pendidikan sangat berguna dan memabntu manusia lebih memahami dunianya. Pendidikan dalam bahasa Yunani bersal dari kata padegogik yaitu ilmu menuntun anak. Orang Romawi melihat pendidikan sebagai educare, yaitu mengeluarkan dan menuntun, tindakan merealisasikan potensi anak yang dibawa waktu di lahirkan di duni. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) pendidikan berasal dari kata didik (mendidik), memelihara dan member latihan (ajaran pimpinan) mengenai akhlak dan kecerdasan pikiran.

            Dalam mendewasakan diri lewat pendidikan Negara membuat beberapa kebijakan dalam dunia pendidikan, kebijaka tersebut di maksudkan agar dunia pendidikan bisa menjawab tantangan globalisasi.  Lewat pendidikan yang terus di kampanyekan akhirnya munculalah beberapa tingkatan pendidikan yang mewarnai bangsa Indonesia, mulai dari pendidikan Dasar  SD, SMP, dan SMA. Dengan bekal awal pendidikan lalu di lahirkan pulalah system pendidikan yang bertaraf perguruan tinggi. Lewat media pendidikan seperti inilah manusia-manusia di payungi oleh Negara dalam proses pendidikan dari jenjang ke jenjang, segalanya di atur mulai system pendidikan dalam suatu Negara bisa terpola dengan baik dan bisa menjadi asset dari Negara itu sendiri.

            Bicara pendidikan tidak lepas ketika orang mulai membincangkan SDM, sudah digariskan bahwa kekuatan manusia adalah berpikir, mengembangkan daya berpikir tentu atas dasar instrument pendidikan, maka tak heran kemajuan suatu daerah sangat ditentukan oleh berapa besar jumlah orang-orang berpendidiknya. Bahkan bicara kemiskinan sekalipun pendidikan selalu menjadi sebuah ukuran. Maka dari itu pendidikan adalah vitalitas sendi kehidupan manusia, mengingat manusia dalam hidupnya berkompetisi.

Mengapa Harus ke tempat lain mencari Pendidikan

            Sudah dikatakan sebelumnya bahwa pendidikan adalah bagian sangat vital dalam kehidupan manusia. Karena besarnya peran pendidikan dalam mengembangkan SDM maka tak heran pemerintah pun berinisiaatif untuk melahirkan berbagai kebijak untuk mendorong putra-putri daerahnya untuk mengenyam pendidkan.

            Dalam tulisan ini penulis ingin sedikit menyinggung kebijakan pemerintah, dalam hal membiayai beberapa putra-putri daerah untuk keluar mencari pendidikan-pendidikan yang katanya bermutu, kebijakan itu di biasa disebut sebagai “Ikatan Pemda”, di Indonesia daerah yang di anggap sebagai daerah yang pendidikan bermutu adalah Pulau Jawa dalam hal ini di ukur dari “(Alumni, Infrastruktur dan Pengajarnya)”. Hal ini tebukti dengan banyakya daerah di Indonesia atas kebijakan pemdanya mengirim putra-putrinya keluar pulau jawa untuk kuliah. Secara pribadi harus saya akui bahwa hampir segalanya jika kita bicara perkembangan memang pulau jawa jauh lebih maju di banding daerah lain di Indonesia. Di kampus penulis sendiri di salatiga tepatnya jawa tengah yaitu  UKSW, hampir sebagian besar mahasiswanya berasal dari pulau Indonesia bagian Timur, bahkan alumninya begitu selesai ada yang langsung menjadi dosen di kampus itu sendiri, intinya begitu lulus tidak pulang ke kampung halamanya untuk membangun daerahnya melainkan ia sudah memutuskan untuk berdiam di tempat tersebut, berdiam di sutu tempat itu sah sah saja dan itu juga pilihan rasional tapi maksudnya adalah apakah tidak lebih bijak jika kita membangun daerah kita sendiri.

            Dalam hal ini penulis menilai bahwa agak keliru rasanya kebijakan tersebut, penulis berpikir kenapa bukan lembaga pendidiknya di benahi di daerah itu sendiri malai dari systemnya, seleksi pengjar yang baik dan membut aturan yang baik, lalu mendatangkan pengjar-pengajar dari luar yang bermutu, bukan terus mennerus mengirimkan anak didik untuk keluar. Sekalipun putra putri daerah itu cerdas kreatif dan berpendidikan tinggi tapi daerahny tidak menyipkan ruang untuk mereka berkarya yah sama saja tidak berguna, oleh karenanya yang terpenting adalah menyiapkan tempatnya lalu tempat itulah yan di pikirkan bagaimana supaya ruang  tersebut berisi dengaan orang-orang yang bermutu. Jika dikatakan bahwa lingkungan yang baik dapat mempengaruhi si subjek juga menjadi baik maka kenapa kita tidak menciptaakan lingkungan yan baik tersebut kenapa harus keluar mencari? Jika bicara konteks Indonesia semestinya pendidikn kita harus setara pada tingkat kemajuanya, ini bukan soal rasis tapi ini soal bagaimna melihat Indonesia maju secara universal.

            Masalah yang berikut adalah teman-teman yang kulih berstatus “Iktan Pemda” jurusnaya bukan kehendak bebasnya untuk memilih jurusn di pergurun tinggi tapi jug ditentukan oleh pemda, misalkan teman-teman dari Kalimantan dari sulawesi mahasiswanya sebagian besar diarahkan di keguruan PGSD, begitu lulus secara serentak maka mereka masi menunggu pengangkatan untuk resmi menjadi PNS karena lapangan pekerjaan terbatas sementara yang mau daftar begitu banyak. Akhirnya ada yang menunggu sampai 3 tahun belum juga ada pengangkatan, bahkan ada yang bilang kita ingin berkompetisi di bidang yang lain tapi takutnya status pemda kita di cabut dan disuruh ganti rugi karena kita tidak taat pada kesepakatan awal di mana kesepakatanya hanya menjadi seorang guru bukan bidang lain. Selain  itu juga mungkin banyak yang potensinya bukan menjadi seorang guru tetapi karena iming-iming di biaya kuliahnya maka akhirnya paksa untuk ikut ketimbang pakai uang orang tua mending ikut pemda karena di bayarin. Apa yang saya katakana ini tidak lebih dari opini saja dengan merujuk pada beberapa fakta yang penulis temui, bahwa begitulah gambaran kebijakan ini, bagi penulis jika kita bicara SDM kebijakan ini kurang efesien.


            

No comments:

Post a Comment