Implikasi
Pendidikan
Pendidikan adalah
sebuah proses pengubahan sikap dalam menuntut perkembangan untuk pendewasaan
diri. Aspek pendidikan menitik beratkan manusia sebagai pusat perubahan, oleh
karenanya pendidikan sangat berguna dan memabntu manusia lebih memahami
dunianya. Pendidikan dalam bahasa Yunani bersal dari kata padegogik yaitu ilmu
menuntun anak. Orang Romawi melihat pendidikan sebagai educare, yaitu
mengeluarkan dan menuntun, tindakan merealisasikan potensi anak yang dibawa
waktu di lahirkan di duni. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) pendidikan
berasal dari kata didik (mendidik), memelihara dan member latihan (ajaran
pimpinan) mengenai akhlak dan kecerdasan pikiran.
Dalam mendewasakan diri lewat pendidikan Negara membuat
beberapa kebijakan dalam dunia pendidikan, kebijaka tersebut di maksudkan agar
dunia pendidikan bisa menjawab tantangan globalisasi. Lewat pendidikan yang terus di kampanyekan
akhirnya munculalah beberapa tingkatan pendidikan yang mewarnai bangsa
Indonesia, mulai dari pendidikan Dasar
SD, SMP, dan SMA. Dengan bekal awal pendidikan lalu di lahirkan pulalah
system pendidikan yang bertaraf perguruan tinggi. Lewat media pendidikan
seperti inilah manusia-manusia di payungi oleh Negara dalam proses pendidikan
dari jenjang ke jenjang, segalanya di atur mulai system pendidikan dalam suatu
Negara bisa terpola dengan baik dan bisa menjadi asset dari Negara itu sendiri.
Bicara pendidikan tidak lepas ketika orang mulai membincangkan
SDM, sudah digariskan bahwa kekuatan manusia adalah berpikir, mengembangkan
daya berpikir tentu atas dasar instrument pendidikan, maka tak heran kemajuan
suatu daerah sangat ditentukan oleh berapa besar jumlah orang-orang
berpendidiknya. Bahkan bicara kemiskinan sekalipun pendidikan selalu menjadi
sebuah ukuran. Maka dari itu pendidikan adalah vitalitas sendi kehidupan
manusia, mengingat manusia dalam hidupnya berkompetisi.
Mengapa
Harus ke tempat lain mencari Pendidikan
Sudah dikatakan sebelumnya bahwa pendidikan adalah bagian
sangat vital dalam kehidupan manusia. Karena besarnya peran pendidikan dalam
mengembangkan SDM maka tak heran pemerintah pun berinisiaatif untuk melahirkan
berbagai kebijak untuk mendorong putra-putri daerahnya untuk mengenyam
pendidkan.
Dalam tulisan ini penulis ingin sedikit menyinggung
kebijakan pemerintah, dalam hal membiayai beberapa putra-putri daerah untuk
keluar mencari pendidikan-pendidikan yang katanya bermutu, kebijakan itu di
biasa disebut sebagai “Ikatan Pemda”, di Indonesia daerah yang di anggap
sebagai daerah yang pendidikan bermutu adalah Pulau Jawa dalam hal ini di ukur
dari “(Alumni, Infrastruktur dan Pengajarnya)”. Hal ini tebukti dengan banyakya
daerah di Indonesia atas kebijakan pemdanya mengirim putra-putrinya keluar pulau
jawa untuk kuliah. Secara pribadi harus saya akui bahwa hampir segalanya jika
kita bicara perkembangan memang pulau jawa jauh lebih maju di banding daerah
lain di Indonesia. Di kampus penulis sendiri di salatiga tepatnya jawa tengah
yaitu UKSW, hampir sebagian besar
mahasiswanya berasal dari pulau Indonesia bagian Timur, bahkan alumninya begitu
selesai ada yang langsung menjadi dosen di kampus itu sendiri, intinya begitu
lulus tidak pulang ke kampung halamanya untuk membangun daerahnya melainkan ia
sudah memutuskan untuk berdiam di tempat tersebut, berdiam di sutu tempat itu
sah sah saja dan itu juga pilihan rasional tapi maksudnya adalah apakah tidak
lebih bijak jika kita membangun daerah kita sendiri.
Dalam hal ini penulis menilai bahwa agak keliru rasanya
kebijakan tersebut, penulis berpikir kenapa bukan lembaga pendidiknya di benahi
di daerah itu sendiri malai dari systemnya, seleksi pengjar yang baik dan
membut aturan yang baik, lalu mendatangkan pengjar-pengajar dari luar yang
bermutu, bukan terus mennerus mengirimkan anak didik untuk keluar. Sekalipun
putra putri daerah itu cerdas kreatif dan berpendidikan tinggi tapi daerahny
tidak menyipkan ruang untuk mereka berkarya yah sama saja tidak berguna, oleh
karenanya yang terpenting adalah menyiapkan tempatnya lalu tempat itulah yan di
pikirkan bagaimana supaya ruang tersebut
berisi dengaan orang-orang yang bermutu. Jika dikatakan bahwa lingkungan yang
baik dapat mempengaruhi si subjek juga menjadi baik maka kenapa kita tidak menciptaakan
lingkungan yan baik tersebut kenapa harus keluar mencari? Jika bicara konteks
Indonesia semestinya pendidikn kita harus setara pada tingkat kemajuanya, ini
bukan soal rasis tapi ini soal bagaimna melihat Indonesia maju secara
universal.
Masalah yang berikut adalah teman-teman yang kulih
berstatus “Iktan Pemda” jurusnaya bukan kehendak bebasnya untuk memilih jurusn
di pergurun tinggi tapi jug ditentukan oleh pemda, misalkan teman-teman dari
Kalimantan dari sulawesi mahasiswanya sebagian besar diarahkan di keguruan
PGSD, begitu lulus secara serentak maka mereka masi menunggu pengangkatan untuk
resmi menjadi PNS karena lapangan pekerjaan terbatas sementara yang mau daftar
begitu banyak. Akhirnya ada yang menunggu sampai 3 tahun belum juga ada pengangkatan,
bahkan ada yang bilang kita ingin berkompetisi di bidang yang lain tapi
takutnya status pemda kita di cabut dan disuruh ganti rugi karena kita tidak
taat pada kesepakatan awal di mana kesepakatanya hanya menjadi seorang guru
bukan bidang lain. Selain itu juga
mungkin banyak yang potensinya bukan menjadi seorang guru tetapi karena
iming-iming di biaya kuliahnya maka akhirnya paksa untuk ikut ketimbang pakai
uang orang tua mending ikut pemda karena di bayarin. Apa yang saya katakana ini
tidak lebih dari opini saja dengan merujuk pada beberapa fakta yang penulis
temui, bahwa begitulah gambaran kebijakan ini, bagi penulis jika kita bicara
SDM kebijakan ini kurang efesien.
No comments:
Post a Comment