Wednesday 11 March 2015

REFLEKSI 13 TAHUN KABUPATEN MAMASA


Fandi Editing (Kantor Bupati Mamasa)



Perenungan

Pada kesempatan ini kita sebagai putra putri daerah Mamasa harus bersyukur kepada Tuhan karena daerah kita Mamasa tetap berdiri kokoh sekalipun masi jauh dari harapan kita sesunggunya. Tahun 2002 silam daerah kita resmi berdiri menjadi sebuah Kabupaten sendiri setelah keluar dari induk Kabupaten yang dulunya di singkat Pol-Mas (Polewali Mamasa), lantas apa yang kita sudah buat untuk daerah kita ini?  Tidak semua orang Mamasa bisa menjawab pertanyaan ini oleh karena mungkin belum menorehkan sebuah perestasi untuk Mamasa. Namun mari kita satukan prinsip bahwa dengan menjaga nilai-nilai budaya, membangkitkan semangat kelokalan, dan menumbuhkan mimpi-mimpi besar untuk Kabupaten Mamasa sebetulnya kita sudah memberikan sebagian diri kita kepada  daerah kita ini.

                Kini kembali lagi rakyat memasa memperingati sebuah moment yang sangat berharga di mana Mamasa pertama kali di lekatkan sebuah identitas yaitu menjadi Kabupaten. Semangat yang tumbuh dari semua kalangan benar-bennar pecah di saat moment itu tiba, tak terlihat dari mereka bahwa kita masi banyak tanggung jawab yang belum kita selesaikan, tampak kita larut dalam kecerian dengan moment yang luar biasa itu. Satu kata yang terlintas dalam pikiran saya “Semangat kita masi terus berkobar” lantas apa yang terlintas dalam pikiran mereka yang nota bene sebagai pengambil keputusan? Saya juga mengharapkan mereka masi membangun misi-misi yang mulia untuk kabupaten ini. Dengan sampainya Kabupaten mamasa di umur 13 tahun seyogyanya kita telah berbangga dengan kreasi putra-putrinya yang diberi mandat oleh rakyatnya namun kenyataan berbicara lain fakta tetap fakta, sekian lamanya waktu yang kita lalui justru sajian yang kita dapatkan adalah keluhan dari kita sendiri lantas siapa yang salah? Tidak ada yang perlu disalahkan yang perlu di benahi adalah apakah kita sudah membangun “Kesadaran” tentang memilih siapa yang terbaik di antara banyak orang yang pintar.

Tanggung Jawab

                Masalah yang paling krusial yang dihadapi  Mamasa hingga hari ini adalah boborkonya infrastruktur jalan. Dari pra kabupaten dan pasca Kabupaten rakyat kita belum pernah menikmati jalan mulus seperti yang telah dirasakan daerah lain di negri ini. Lelah bagi rakyat Mamasa untuk terus menerus memohon kepada mereka yang di percaya agar jalan ini bisa di benahi. Namun apa artinya jeritan itu nampaknya tak mengunggah niat mereka yang di angkat menjadi pemimpin. Tapi tak usah berkecil hati kita tetap percaya bahwa tak ada orang yang ingin rumahnya di musnahkan, tapi mungkin mereka harus di beri tahu bahwa kita masi punya anak cucu, kita di bawahi system yang besar maka apakah terlalu penting jika kita selalu bermain janggal dalam system. Semua orang percaya bahwa tidak ada system yang benar-benar sempurna, tapi yang terpenting adalah apakah kita sudah bertanggung jawab terhadap orang-orang yang sudah memberi kepercayaan.

                Bapak ibu dan kauwla muda mari kita membangun tekad bahwa ulang tahun Mamasa jangan hanya dimaknai sebagai seremonial semata. Peringatan hari ulang tahun ini hanya sebatas peryaan tampa makna, peringatan di mana anak-anak hingga dewasa hanya terlarut dalam lomba-lomba tahunan.  Bukan hal tersebut yang menjadi  bukti bahwa kita sudah matang sebagai sebuah kabupaten. Tugas dan tanggung jawab daerah Mamasa  sangatlah besar. Apabila dahulu pendiri bangsa ini harus berjuang menumpahkan darah. Namun saat ini tugas tersebut telah beralih dalam bentuk menumpahkan segala ide, gagasan, pemikiran yang brilian untuk mengisi kekosangan yang menjadikan rakyat kita sulit keluar dari kemelut suatu masalah.

Angkat Pemimpin yang Punya Spiritualitas

                Kemungkinan ada yang bertanya apa sih spritualitas itu? Orang yang memimpin secara sungguh-sungguh dengan meletakan nilai-nilai budaya dan juga nilai-nilai hukum sebagai prisip utama dalam mempin. Spiritualitas tidak terlepas juga dari unsur  cinta terhadap ruang yang dipimpin. Sebuah teori yang di sampaikan bapak dari bangsa India “Mahatma Ghandi” pelopor Kemerdekaan dan filsofi politik serta anti kekerasan, dalam teorinya mengatakan bahwa dalam dunia perpolitikan pemimpin harus berpolitik dengan punya prinsip moralitas. Jika orang berpolitik tampa prinsip bagi Ghandi itu adalah salah satu dosa social seperti yang di sampaikan lewat teorinya yaitu 7 dosa social. Dalam teori Ghandi mengingatkan kita tentang prinsip yang hakikat dalam proses membangun suatu bangsa teori itu di kenal dengan 7 dosa social, yang pertama adalah science without (Pengetahuan tampa kemanusiaan) yang kedua worship without sacrifice (kebaktian tampa pengorbanan), ketiga commerce without morality (perdagangan tampa moralitas) keempat education without character (pendidikan tampa karakter) kelima wealth without work (kekayaan tampa kerja) keenam pleasure without consciousness (kesanangan tampa kesadaran) ketuju politics without principal (politik tampa prinsip). Pemikiran dari Mahatma Ghandi sangat relevan untuk menkaji ulang tentang model kepemimpinan yang di bangun pemangku jabatan yang ada di Mamasa di mana sangat Nampak mereka mempin lepas dari tanggung jawab, seolah tidakmembangkitkan kesadaranya dalam memimpin. Loyalitas atas kekuasaan menjadikan mereka menjadi lupa daratan. Lantas apa yang kita hendak buat jika pemimpin demikian, apakah kita berpikir revolusi untuk menumbangkan saya rasa ini bukan langkah yang bijak, bagi penulis kekuasaan selalu punya ujung kendali, oleh karenanya ketika mereka yang sedang berkuasa tidak lagi mempu memegang kendali dengan sendirnya, maka biarkan saja dan mari kita berpikir kedepan untk memilih mereka-mereka yang terbaik dan belajar dari pemimpin lawas.

“SELAMAT ULANG TAHUN YANG KE 13 KABUPATEN MAMASA TUHAN MEMBERKATI SELURUH RAKYATMAMASA”
               

                

No comments:

Post a Comment