Wednesday 11 March 2015

KOTA YANG ANYAR (Aman Nyaman dan Rapi) ITULAH SALATIGA



Sumber Kompasiana 


Salatiga adalah sebuah kota kecil yang berada di Jawa Tengah atau yang juga dikenal sebagai kota taman sari masyarakat lokalnya yang santun ramah menjadikan kota ini menjadi kota yang aman nyaman, bagi orang-orang yang bekunjung ke salatiga menetap sekalipun di kota ini saya bolehdi bilang anda akan melihat minatur layaknya daerah anda  sendiri. Terbukti orang yang dari luar kota salatiga bahkan orang luar jawa sekalipun banyak yang sudah berpuluh-puluh tahun menetap di kota kecil ini  bahkan menghabiskan usianya di kota ini. iklim kota salatiga yang sejuk yang hijau menambah sensasi tersendiri bagi orang yang tinggal di kota ini, pemandangan yang indah itu bisa dinikmati setiap saat bersama keluarga bersama teman-teman, aset alam yang berdiri tegak yang dikenal sebgai gunung merbabu benar-benar menyajikan salatiga sebagai kota yang nyaman untuk bersantai, keindahan gunung merbabu sangat Nampak di saat pagi hari dan sore hari anda berdiri atau lagi menikmati jalan-jalan  di sekitar bundaran kota salatiga di sana anda akan menumukan keindahan yang gratis saat mengarahkan pandangan kearah merbabu.

            Penulis sendiri yang asli toraja adalah seorang pengagum kota ini di samping masyarakat dan keindahan alamnya yang sangat menarik dan mengagumkan, kota ini juga di kenal sebgai kota Indonesia Mini dengan kehadiran beberapa kampus sala satunya kampus swasta terbesar di salatiga yaitu Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW) yang  juga dikenal sebagai kampus terkemuka di Indonesia pada tahun 80an mahasiswanya sangat dikenal kekritisanya di era Orba, kehadiran UKSW dan kampus lainya menjadikan kota ini Nampak sebagai miniature Indonesia, anda tak harus lagi datang ke papua, untuk bisa melihat gaya hidup orang papua, atau datang di sulawesi melihat gaya hidup orang Sulawesi, atau Sumatera, Ambon cukup anda di salatiga anda akan melihat keragaman etnis di sana. Etnis yang beragam hidup berdampingan dengan penduduk local menjadikan kota ini benar-benar kaya akan keunikan dan keindahan. Di tambah lagi setiap tahun UKSW bekerja sama dengan pemerintah daerah kota salatiga selalu mengadakan Vestival budaya yang dikenal “Ekspo Budaya” di mana dalam acara ini menyajikan ragam jenis kebudayaan dari masang-masing etnis, seperti tari-tarian lagu daerah bahkan kuliner wow pokonya luar biasa, beberapa hal inilah yang menurut penulis sebgai kekuatan yang dimiliki kota kecil yang penuh sensasi ini, Selain hal di atas kota salatiga juga sangat dekat dengan tiga kota besar yaitu Jogjakarta Solo Semarang (Joglosemar) menjadikan kota ini sangat-sangat strategis, untuk dijadikan sebagai tempat jalan-jalan.

            Salatiga juga terdapat beberapa makanan khas yang harganya cukup terjangkaulah tapi rasanya nikmat dan gurih, pertama kali saya datang di kota yang sejuk ini saya ditawarkan oleh teman makanan khasnya salatiga adalah Ronde makanan yang terbuat dari beras ketan yang di dalamnya di isi pemanis lalu di bikin menyerupai telur dan kemudian diberi kuah yang dicampur jahe serta kolang kaling dan kacang menambah nikmatnya makanan ini wahhh temna-teman jika jalan-jalan ke salatiga jangan lewatkan salah satu makanan ini, nyesal nanti jika hanya mendengarkan pengalaman orang yang sudah pernah mencicipinya hehe tidak hanya ronde beberapa makanan lainya seperti getuk gula kcang dan masi banyak lagi.

Sejarah Kota Salatiga

           Prasasti Plumpungan, cikal bakal lahirnya Salatiga, tertulis dalam batu besar berjenis andesit berukuran panjang 170cm, lebar 160cm dengan garis lingkar 5 meter yang selanjutnya disebut Prasasti Plumpungan. Berdasar prasasti di Dukuh Plumpungan, Desa Kauman Kidul, Kecamatan Sidorejo, maka Salatiga sudah ada sejak tahun 750 Masehi, pada waktu itu Salatiga merupakan perdikan. Perdikan artinya suatu daerah dalam wilayah kerajaan tertentu. Daerah ini dibebaskan dari segala kewajiban pajak atau upeti karena daerah tersebut memiliki kekhususan tertentu, daerah tersebut harus digunakan sesuai dengan kekhususan yang dimiliki. Wilayah perdikan diberikan oleh Raja Bhanu meliputi Salatiga dan sekitarnya.
Menurut sejarahnya, di dalam Prasasti Plumpungan berisi ketetapan hukum, yaitu suatu ketetapan status tanah perdikan atau swantantra bagi Desa Hampra. Pada zamannya, penetapan ketentuan Prasasti Plumpungan ini merupakan peristiwa yang sangat penting, khususnya bagi masyarakat di daerah Hampra. Penetapan prasasti merupakan titik tolak berdirinya daerah Hampra secara resmi sebagai daerah perdikan atau swantantra. Desa Hampra tempat prasasti itu berada, kini masuk wilayah administrasi Kota Salatiga. Dengan demikian daerah Hampra yang diberi status sebagai daerah perdikan yang bebas pajak pada zaman pembuatan prasasti itu adalah daerah Salatiga sekarang ini. Konon, para pakar telah memastikan bahwa penulisan Prasasti Plumpungan dilakukan oleh seorang citralekha (penulis) disertai para pendeta (resi). Raja Bhanu yang disebut-sebut dalam prasasti tersebut adalah seorang raja besar pada zamannya yang banyak memperhatikan nasib rakyatnya. Isi Prasasti Plumpungan ditulis dalam Bahasa Jawa Kuno dan bahasa Sanskerta. Tulisannya ditatah dalam petak persegi empat bergaris ganda yang menjorok ke dalam dan keluar pada setiap sudutnya.Dengan demikian, pemberian tanah perdikan merupakan peristiwa yang sangat istimewa dan langka, karena hanya diberikan kepada desa-desa yang benar-benar berjasa kepada raja. Untuk mengabadikan peristiwa itu maka raja menulis dalam Prasasti Plumpungan Srir Astu Swasti Prajabhyah, yang artinya: "Semoga Bahagia, Selamatlah Rakyat Sekalian". Ditulis pada hari Jumat, tanggal 24 Juli tahun 750 Masehi (sumber http://id.wikipedia.org/wiki/Kota_Salatiga)






1 comment: